MEMPERINGATI 91 TAHUN SUMPAH PEMUDA
Hari ini (Senin/28/10/2019) kita,
khususnya para pemuda memperingati genap 91 peristiwa sumpah sakti,
yakni Sumpah Pemuda. Kedigdayaan atau kesaktian Sumpah
Pemuda tidak perlu diragukan lagi. Berkat sumpah itu, bangsa kita yang waktu
itu, jauh sebelum 91 tahun lalu, tercerai berai, perlahan bisa disatukan. Hasil
nyata buah persatuan itu yang sangat bersejarah adalah proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945.
Kini pelajaran apa
yang bisa kita petik dari peristiwa sakti itu? Sejarah telah mengedukasi kita
bahwa untuk menjadi sakti, sukses, hebat, JAYA diperlukan SUMPAH. Lihatlah sang
Danang dari pemuda biasa menjadi orang hebat. Ia menjadi penguasa tanah Jawa
yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Senopati. Hal itu bisa ia peroleh
setelah ia ber-SUMPAH di hadapan guru spiritualnya, Ki Ageng Juru Martani. Ia
berjanji di hadapan gurunya akan mengurangi makan, minum, dan mesu
budi, hingga menjadi “orang”.
Bahkan, jauh sebelum itu, yakni 231
tahun yang lampau, Gajahmada juga mengucapkan sumpah Amukti Palapa. Sumpah yang
dimantra pada tahun 1336 Masehi itu telah menjadikan Majapahit sebuah kerajaan
besar di wilayah Asia.
Dalam lingkup yang
lebih sempit di Smada pun tidak berbeda. Kita bisa menjadi hebat, MELESAT, apabila
mau ber-SUMPAH. Tentu saja dalam hal ini adalah sumpah asli, bukan sumpah
palsu. Sumpah asli adalah tekad yang kuat disertai lelaku maksimal
untuk meraihnya. Sementara sumpah imitasi, sekadar ucapan, suaranya sih bisa
saja lebih nyaring karena diteriakkan sambil mendelik-mendelik.
Akan tetapi, sumpah itu tidak disertai dengan tindakan nyata untuk mencapainya.
Kini sudah saatnya
para siswa, terutama yang kelas 12 untuk bersumpah memberikan yang terbaik.
Terbaik bagi dirinya sendiri, bagi orang tua, bagi almamaternya. Apakah
mungkin? Sangat mungkin! Anda punya modal semangat dan stamina yang luar biasa.
Berbagai kegiatan di seputar ultah sekolah, seperti lomba-lomba dan even
lainnya merupakan bukti nyata bahwa Anda semua orang hebat. Di bawah terik matahari
yang membakar Anda tetap bertahan. Pulang sampai sore hingga malam hari pun
Anda lakoni dengan senang hati.
Permasalahannya
sekarang adalah bagaimana mengonversi dan melanggengkan semangat itu dalam hal
belajar. Jika Anda, para siswa Smada, punya ghirah belajar yang sama
dengan semangat Anda saat mengikuti lomba ataupun ritual perayaan ultah
sekolah, Anda dijamin sukses, melesat. Biarlah nanti menjadi pemandangan umum
di Smada, para siswa pulang sampai sore, tetapi asyik membentuk jemaah-jemaah
belajar. Kalau ini bisa dilakukan, merebut perguruan
tinggi-perguruan tinggi favorit bagi siswa Smada, bukan hal yang sulit. Dengan
demikian, cita-cita Smada hebat, melesat, bukan sekadar slogan, melainkan
kenyataan.
Para anak muda, siswa
Smada, sadarilah suka atau tidak suka yang namanya ujian sekolah, ujian
nasional itu masih ada. Untuk masuk ke PT pun Anda harus bersaing dengan
puluhan ribu peserta melalui tes. Hendaknya momen peringatan Sumpah Pemuda kali
ini kita jadikan momen untuk menyadarkan diri mengucapkan SUMPAH: “Satukan
tekad untuk menjadi yang terbaik demi orang-orang yang kita cintai.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar