Rabu, 31 Desember 2014

RENUNGAN

                              RENUNGAN AKHIR DAN AWAL TAHUN
(oleh Sartono Jaya)

“Pak, kok tadi malam saya nggak melihat Bapak, di alon-alon? “tanya salah seorang tetangga.”
“Lho, di alon-alon memangnya ada apa? “balik kubertanya.”
“Weladalah, Bapak. Tahun baru lho, Pak. Pesta kembang api, dangdutan. Wah, pokoknya segala hiburan tumplek bleg di situ. Rugi kalau gak ke sana, ”jelas Kang Mail, tetangga saya.”

Sekelumit dialog tersebut adalah fakta yang mewarnai kehidupan sebagian masyarakat kita. Pergantian malam tahun baru identik dengan pesta. Entah itu kembang api, dangdutan, wayangan, atau minimal begadang, melek bengi. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau masyarakat berbondong-bondong menuju sentra-sentra keramaian. Kemudian, di situlah puluhan bahkan ratusan ribu orang berhimpun mengadakan ritual menunggu detik-detik pergantian tahun.  Puncaknya adalah pukul 0.00, ribuan balon dilepas, ribuan kembang api ditembakkan ke udara, dan entah apa lagi. Bersamaan dengan itu pula doa dipanjatkan. Harapannya agar pada tahun baru ini, Tuhan memberikan keselamatan dan kesuksesan.
 
Kembali kepada masalah tadi malam kok saya tidak ke alon-alon. Ya, karena selama ini saya memang tidak pernah merayakan hal itu. Saya ingin tetap seperti biasa, tidak ingin ikut-ikutan mengadakan ritual tahunan  itu. Di samping itu, situasi kondisi nasional kita pada penghujung tahun ini rasanya membuat  saya memilih untuk lebih berempati kepada mereka. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada yang memperingati pergantian tahun itu, saya lebih memberikan respek pada beberapa petinggi negeri ini yang membatalkan prosesi pembakaran kembang api ataupun yang lain-lain demi rasa empati pada saudara-saudaranya yang sedang dirundung musibah.
 
Saya mempunyai sikap sendiri terhadap masalah pergantian tahun.  Bagi saya, pergantian tahun merupakan momen penting bagi kita, tidak untuk berhura-hura, tetapi untuk introspeksi (muhasabah), melihat kembali apa yang telah kita kerjakan pada masa yang lalu untuk berbuat lebih baik di sisa waktu. Allah Subhanahu wa Taala jauh hari telah mengingatkan kepada kita tentang hal ini. Sebagaimana Dia katakan dalam Al-Quran Surah Al-Hasyr 18 – 19 berikut.

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Hasyr: 18).

Ÿwur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qÝ¡nS ©!$# öNßg9|¡Sr'sù öNåk|¦àÿRr& 4 šÍ´¯»s9'ré& ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÒÈ

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS Al-Hasyr: 19).

Biarlah saya tetap istikamah di jalan tersebut  di sisa waktu ini. Saya ingin lebih mengazamkan diri mengingat-ingat  peringatan Allah itu. Alhamdulillah, semua anggota keluarga saya pun selama ini makmum di belakang saya dalam masalah ini. Jadinya, saya lebih hemat karena semua ngumpul di rumah, tanpa harus membuat acara yang aneh-aneh.

Ada pesan menarik di akhir dan awal tahun ini dari teman-teman via SMS, BBM, ataupun Facebook. Sebagaian besar mengucapkan selamat tahun baru disertai doa dan harapan keselamatan. Ada satu kiriman BBM  dari teman yang menurut saya menarik untuk dijadikan ibrah dan renungan di akhir tahun  sehingga patut saya sharekan. Bunyinya kurang lebih begini. Hadiah akhir tahun. TUJUH INDIKATOR KEBAIKAN DI DUNIA.
1.        Qolbun Syakirun
Hati yang selalu bersyukur. Orang yang qolbun syakirun selalu menerima apa adanya. Ia kanaah terhadap takdir Allah sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stres. Inilah nikmat hati yang selalu bersyukur. Lihat Quran Surah (13: 28, 2: 152, 16:18, 34: 14, 55: 13)
2.        Al-Azwaju Shalihah
Pasangan hidup yang saleh/salihah.  Pasangan hidup yang saleh/salihah akan menciptakan suasana dan rumah yang saleh pula. Adem ayem, albaiti jannati. Lihat Quran Surah (51: 49, 17:32, 24:32, 24: 26).
3.        Al-Auladul Abrar
Anak yang saleh. Anak yang saleh/salihah akan selalu mendoakan orang tuanya. Padahal Allah menjamin mengabulkan doa anak yang saleh. Berbahagialah orang tua yang memiliki anak yang saleh/salihah. Ia merupakan investasi dunia akhirat. (QS 17:23, 31:14, 46: 15, 29: 8, 25: 74).
4.        Al-Biatu Sholihah
Lingkungan yang kondusif. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang saleh yang selalu mengajak kebaikan dan mengingatkan kita saat salah. Hal ini merupakan kunci kebahagiaan (QS 4:69, 51:55, 26:21).
5.        Al-Malul Halal
Harta yang halal. Bukan banyaknya harta, tetapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan akan menjauhkan hati dari setan. Hati menjadi bersih dan kokoh sehingga memberikn ketenangan dalam hidup. Berbahagialah orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya (QS 2: 155, 2: 267, 2: 269, 43: 36-37)
6.        Tafakkuh Fid-Dien
Semangat untuk memahami agama. Dengan memahami agama, kita akan semakin cinta kepada agamanya, Allah, dan rasulnya. Cinta ini yang akan memberi cahanya bagi hatinya sehingga perilakunya terjaga (QS 45: 20, 3: 138, 5: 16, 4: 174).
7.        Umur yang Berkah
Umur yang berkah semakin tua semakin saleh. Setiap detiknya diisi dengan amal ibadah,  semakin tua semakin rindu unutk bertemu dengan sang pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang berkah hidupnya (QS 2: 96, 35: 37,  36: 68).

Untuk itu, marilah kita berusaha senantiasa mengadakan muhasabah (evaluasi/introspeksi diri) di setiap waktu. Sebab, kita tidak ada yang tahu berapa lama lagi sisa umur kita. Allah berfirman:
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur šcöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# Ÿ@Åz÷Šé&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quŠyÛø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (SQ Ali Imran: 185).

Terakhir, saya ingin kutipkan sebuah puisi karya Rendra yang ia tulis di ranjang ketika ajal menjelang sebagai RENUNGAN di akhir dan awal tahun ini.
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan....
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya...
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah....
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka....
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita....
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku....
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku....
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika.. ..
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku. ...
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih....
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku. ...

Ya Alloh, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah... . "Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...