RENUNGAN
AKHIR DAN AWAL TAHUN
(oleh Sartono Jaya)
“Pak, kok tadi malam
saya nggak melihat Bapak, di alon-alon? “tanya salah seorang tetangga.”
“Lho, di alon-alon
memangnya ada apa? “balik kubertanya.”
“Weladalah, Bapak. Tahun
baru lho, Pak. Pesta kembang api, dangdutan. Wah, pokoknya segala hiburan
tumplek bleg di situ. Rugi kalau gak ke sana, ”jelas Kang Mail, tetangga saya.”
Sekelumit dialog tersebut adalah fakta yang mewarnai kehidupan sebagian masyarakat
kita. Pergantian malam tahun baru identik dengan pesta. Entah itu kembang api,
dangdutan, wayangan, atau minimal begadang, melek bengi. Oleh karena itu,
tidaklah heran kalau masyarakat berbondong-bondong menuju sentra-sentra
keramaian. Kemudian, di situlah puluhan bahkan ratusan ribu orang berhimpun
mengadakan ritual menunggu detik-detik pergantian tahun. Puncaknya adalah pukul 0.00, ribuan balon
dilepas, ribuan kembang api ditembakkan ke udara, dan entah apa lagi. Bersamaan
dengan itu pula doa dipanjatkan. Harapannya agar pada tahun baru ini, Tuhan
memberikan keselamatan dan kesuksesan.
Kembali kepada masalah tadi malam kok saya tidak ke alon-alon. Ya, karena
selama ini saya memang tidak pernah merayakan hal itu. Saya ingin tetap seperti
biasa, tidak ingin ikut-ikutan mengadakan ritual tahunan itu. Di samping itu, situasi kondisi nasional
kita pada penghujung tahun ini rasanya membuat saya memilih untuk lebih berempati kepada
mereka. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada yang memperingati pergantian
tahun itu, saya lebih memberikan respek pada beberapa petinggi negeri ini yang
membatalkan prosesi pembakaran kembang api ataupun yang lain-lain demi rasa
empati pada saudara-saudaranya yang sedang dirundung musibah.
Saya mempunyai sikap sendiri terhadap masalah pergantian tahun. Bagi saya, pergantian tahun merupakan momen penting bagi kita, tidak untuk berhura-hura, tetapi untuk introspeksi (muhasabah), melihat kembali apa yang telah kita
kerjakan pada masa yang lalu untuk berbuat lebih baik di sisa waktu. Allah
Subhanahu wa Taala jauh hari telah mengingatkan kepada kita tentang hal ini. Sebagaimana Dia
katakan dalam Al-Quran Surah Al-Hasyr 18 – 19 berikut.
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan (QS Al-Hasyr: 18).
wur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qÝ¡nS ©!$# öNßg9|¡Sr'sù öNåk|¦àÿRr& 4 Í´¯»s9'ré& ãNèd cqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÒÈ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah
orang-orang yang fasik. (QS Al-Hasyr: 19).
Biarlah saya tetap istikamah di jalan tersebut
di sisa waktu ini. Saya ingin lebih
mengazamkan diri mengingat-ingat peringatan Allah itu. Alhamdulillah, semua
anggota keluarga saya pun selama ini makmum di belakang saya dalam masalah ini.
Jadinya, saya lebih hemat karena semua ngumpul di rumah, tanpa harus membuat
acara yang aneh-aneh.
Ada pesan menarik di akhir dan awal tahun
ini dari teman-teman via SMS, BBM, ataupun Facebook. Sebagaian besar
mengucapkan selamat tahun baru disertai doa dan harapan keselamatan. Ada satu
kiriman BBM dari teman yang menurut saya
menarik untuk dijadikan ibrah dan renungan di akhir tahun sehingga patut saya sharekan. Bunyinya kurang lebih begini. Hadiah akhir tahun. TUJUH
INDIKATOR KEBAIKAN DI DUNIA.
1.
Qolbun Syakirun
Hati yang selalu bersyukur. Orang yang
qolbun syakirun selalu menerima apa adanya. Ia kanaah terhadap takdir Allah
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stres. Inilah nikmat hati
yang selalu bersyukur. Lihat Quran Surah (13: 28, 2: 152, 16:18, 34: 14, 55: 13)
2.
Al-Azwaju Shalihah
Pasangan hidup yang saleh/salihah. Pasangan hidup yang saleh/salihah akan
menciptakan suasana dan rumah yang saleh pula. Adem ayem, albaiti jannati.
Lihat Quran Surah (51: 49, 17:32, 24:32, 24: 26).
3.
Al-Auladul Abrar
Anak yang saleh. Anak yang saleh/salihah
akan selalu mendoakan orang tuanya. Padahal Allah menjamin mengabulkan doa anak
yang saleh. Berbahagialah orang tua yang memiliki anak yang saleh/salihah. Ia
merupakan investasi dunia akhirat. (QS 17:23, 31:14, 46: 15, 29: 8, 25: 74).
4.
Al-Biatu Sholihah
Lingkungan yang kondusif. Rasulullah
menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang saleh yang selalu
mengajak kebaikan dan mengingatkan kita saat salah. Hal ini merupakan kunci
kebahagiaan (QS 4:69, 51:55, 26:21).
5.
Al-Malul Halal
Harta yang halal. Bukan banyaknya harta,
tetapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan akan menjauhkan hati
dari setan. Hati menjadi bersih dan kokoh sehingga memberikn ketenangan dalam
hidup. Berbahagialah orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya
(QS 2: 155, 2: 267, 2: 269, 43: 36-37)
6.
Tafakkuh Fid-Dien
Semangat untuk memahami agama. Dengan
memahami agama, kita akan semakin cinta kepada agamanya, Allah, dan rasulnya.
Cinta ini yang akan memberi cahanya bagi hatinya sehingga perilakunya terjaga (QS
45: 20, 3: 138, 5: 16, 4: 174).
7.
Umur yang Berkah
Umur yang berkah semakin tua semakin saleh.
Setiap detiknya diisi dengan amal ibadah, semakin tua semakin rindu unutk bertemu dengan
sang pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang berkah hidupnya (QS 2:
96, 35: 37, 36: 68).
Untuk itu, marilah kita berusaha
senantiasa mengadakan muhasabah (evaluasi/introspeksi diri) di setiap waktu. Sebab, kita tidak ada yang tahu berapa lama lagi sisa umur kita.
Allah berfirman:
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur cöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# @Åz÷é&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quyÛø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung.
kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (SQ Ali
Imran: 185).
Terakhir, saya ingin kutipkan sebuah puisi karya Rendra yang ia tulis di
ranjang ketika ajal menjelang sebagai RENUNGAN di akhir dan awal tahun ini.
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji
milikku...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah
titipan....
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah
bertanya...
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang
harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu
yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu
sebagai musibah....
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut
itu sebagai petaka....
Kusebut itu sebagai panggilan apa
saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita....
Ketika aku berdoa, kuminta titipan
yang cocok dengan hawa nafsuku....
Aku ingin lebih banyak harta, ingin
lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak
kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku....
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus
berjalan seperti matematika.. ..
Aku rajin beribadah, maka
selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku. ...
Kuperlakukan Dia seolah mitra
dagang, dan bukan kekasih....
Kuminta Dia membalas
"perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai
keinginanku. ...
Ya Alloh, padahal tiap hari
kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah... . "Ketika langit dan
bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".