Ulang tahun merupakan momen spesial bagi
siapa pun. Sebagai momen spesial, hari kelahiran itu sering diperingati dengan
berbagai cara. Ada yang merayakan secara sederhana, tetapi ada pula yang
memperingatinya dengan nuansa super wah.
SMAN 2 Magelang tahun ini, tetapnya pada
bulan 23 Oktober 2017 genap berusia 38 tahun. Perhelatan acara hari jadi
sekolah tahun ini cukup panjang, memakan waktu satu bulan lebih. Sungguh sebuah
hajatan yang menyita banyak pikiran, tenaga, dan tentunya juga biaya. Kita
sebagai bagian dari warga Smada tentu sah bertanya, “Perlukah acara perhelatan
ulang tahun sekolah dirayakan dengan “jor-joran”, hura-hura? Tidak adakah cara
lain yang lebih bermaslahat atau bernilai manfaat bagi warga Smada dan umat di
lingkungan sekitarnya?
Minggu-minggu ini di jagad Smada berkembang dua
fragmentasi penyikapan terhadap acara ultah sekolah. Pihak yang satu merupakan
penyetuju acara ultah setiap tahun yang diadakan secara besar-besaran, dengan
melibatkan pihak luar sebanyak mungkin. Sementara di sisi sebelah berpendapat
bahwa ulang tahun tidak perlu digelar setiap tahun, tetapi dengan mengambil
momen-momen tertentu, misalnya lustrum (lima tahunan), sewindu (8 tahunan),
dasawarsa (10 tahunan).
Menghadapi hal tersebut kita tidak boleh
menang-menangan. Jadi, sikap “pokoknya”, “harus” perlu disingkirkan jauh-jauh.
Semua tidak boleh egois, menafikan pendapat orang lain. Semuanya mestinya dari
awal duduk dalam satu forum secara ekual. Pengurus OSIS sebagai pihak yang
punya hajat, mestinya tidak boleh main sembunyi-sembunyi. Yang terjadi sekarang
adalah seakan ada program yang dihidden oleh OSIS, misalnya dalam konser
Sheila on 7. Kalau mau jujur, program ini harus disampaikan di hadapan semua
komponen sekolah.
Jadi, pengurus OSIS sebaiknya berbicara
di dalam forum yang melibatkan semua guru dan komite sekolah, tidak sekadar di
hadapan Majelis Pembina OSIS (MPO). Dari
situlah pengurus OSIS akan dapat menyaring masukan-masukan yang sangat berharga
dari semua komponen sekolah. Ada pepatah Lebih baik berdebat di
awal, setelah sepakat kita melangkah daripada melangkah, tetapi terus berdebat. Hal yang perlu
diingat pula adalah bahwa sebagai pengurus OSIS, mereka tidak melaksanakan ide
dirinya sendiri, tetapi melaksanakan ide, gagasan, usulan warga sekolah secara
keseluruhan.
Beberapa alasan dari pengusung acara bahwa gelaran yang
meriah ini bisa melambungkan nama sekolah sehingga Smada semakin dikenal di
khalayak luas patut diapresiasi. Misalnya turnamen futsal antarsekolah SMA
se-Kedu, turnamen voli antar-SMP se-Kota/Kabupaten Magelang, jelas telah
mengangkat pamor Smada dan menjadikan sekolah ini dikenal oleh publik secara luas. Harapannya mereka,
yang masih duduk di bangku SMP, kelak akan mendaftarkan diri masuk ke SMAN 2.
Namun, pada kenyataannya logika tersebut tidak sepenuhnya
benar. Hasil survei dari Dinas Pendidikan Kota Magelang tahun 2016 dan 2017
ternyata menunjukkan bahwa peminatan ke sekolah jenjang yang lebih tinggi lebih
merujuk pada peringkat sekolah. Ini artinya, para lulusan SMP ketika memilih
sekolah baru di jenjang berikutnya, tidak didasarkan pada alasan mereka
mengenal sekolah itu, tetapi pada peringkat sekolah itu. Jujur saja apakah para
pemenang lomba turnamen voli antar-SMP se-Kota/Kabupaten Magelang, yang juga jawara
nilai ujian nasional (UN), menempatkan pilihan pertamanya di SMAN 2 Magelang? Ternyata,
mereka menempatkan pilihan pertamanya bukan di sekolah ini, yang notabene sudah
berdarah-darah mempromosikan diri kepada mereka. Itulah keadaan sebenarnya yang
patut membuat diri kita merenung dan mengambil perbaikan ke depan.
Tentang konser Galical
yang merupakan puncak ultah Smada, ini paling ramai menimbulkan polemik di
kalangan publik Smada. Pihak OSIS sebagai pengusung acara berdalih bahwa acara
ini … .
bERSAMBUNG ... bla bla bla … … … .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar