(oleh Sartono Jaya)
ãöky
tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4
ß
185.
….. bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS, 02, Al Baqarah: 185).
T
|
anpa terasa sebentar lagi umat Islam
akan kedatangan tamu besar yang selalu dinanti-nantikan. Tamu agung itu adalah
bulan Ramadan. Ya, betapa besar kasih sayang Allah pada umat Islam sehingga Ia
pilihkan satu bulan khusus yang betapa luar biasa berkahnya.
Kanjeng Nabi pun pernah bersabda “Siapa
pun yang gembira atas datangnya bulan Ramadan, niscaya ia akan diharamkan dari
sentuhan api neraka.” Oleh karena itu, layak jika umat Islam di mana pun berada
mengapresiasinya dengan penuh antusias dan suka cita. Di mana-mana bisa kita
saksikan berbagai aktivitas menyambut datangnya bulan mulia itu. Umat ramai-ramai
bersih-bersih diri, bersih-bersih masjid, mengecat rumah, dan sebagainya.
Apa yang
Harus Kita Lakukan?
Berbagai ekspresi dan perilaku
kegembiraan penyambutan masyarakat di atas sah-sah saja. Akan tetapi, akan
lebih baik lagi jika umat Islam meningkatkan lagi ke makam atau tataran yang
lebih tinggi sehingga tidak terkesan rutinitas.
Untuk itu, paling tidak ada
beberapa persiapan yang perlu diperhatikan oleh umat Islam dalam menyambut
Ramadan yang akan datang. Sejumlah persiapan itu adalah sebagai berikut.
Pertama, persiapan iman, yakni membersihkan keyakinan
kita. Artinya, umat Islam harus meluruskan niatnya dalam berpuasa. Berpuasa
bukan karena tidak enak dengan tetangga, takut kepada orang tua, malu kepada guru, agar
dipandang alim oleh pacar, dan sebagainya. Umat harus meluruskan diri bahwa
puasa itu memang semata-mata karena menjalankan perintah Allah (Al Baqarah: 183).
$ygr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$#
$yJx.
|=ÏGä. n?tã
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs?
ÇÊÑÌÈ
183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Kedua, persiapan ilmu, yakni
mengilmui hal-ihwal yang berkaitan dengan puasa terlebih dahulu. Dengan
demikian, ketika puasa sudah berjalan kita tidak ragu lagi mana yang halal dan
haram dalam berpuasa. Tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan “lucu”, semacam gosok gigi, keramas, bermimpi, dan
sebagainya membatalkan puasa atau tidak.
Ketiga, persiapan amal, yakni
bagaimana umat Islam mempersiapkan diri sehingga puasanya menjadi amal yang
berkualitas di hadapan Allah dan memberikan efek positif bagi manusia
sekitarnya.
Dalam kaitannya dengan persiapan
menyambut Ramadan ini ada baiknya kita meneladani kebiasaan Rasulullah dan para
sahabat. Ketika menjelang Ramadan, yakni
pada bulan Rajab dan Syakban, beliau memperbanyak puasa
sunah dan salat malam. Hal ini
mengajarkan kepada kita sebuah proses adaptasi. Dengan demikian pada saat
Ramadan tiba, kita sudah tidak kagok lagi. Jadinya, kita sudah siap baik secara
fisik maupun nonfisik sehingga perjalanan di bulan Ramadan jadi lebih enjoy.
Satu kebiasaan yang banyak
dilakukan oleh para ulama kita dan mentradisi adalah di samping memperbanyak
ibadah puasa dan salat malam di bulan Rajab dan Syakban adalah saling bermaafan
di akhir bulan Syakban. Hal ini sebenarnya merupakan simbolisasi kepada kita, umat
Islam, bahwa perbuatan suci (puasa) harus dimulai dengan kesucian pula. Bukan
hanya kesucian lahir, tetapi juga kesucian batin.
Mari gembirakanlah hati kita
menyambut datangnya bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Bukan dengan bingung
belanja ini itu, memborong
baju baru, dan sebagainya, tetapi dengan berbagai persiapan dan itiba Kanjeng Nabi. Harapannya begitu
selesai Ramadan, kita akan menjadi umat terbaik. Ahlan wa sahlan ya syahrul Mubarak.
öNçGZä.
uöyz >p¨Bé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/
cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/
3
Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah (Ali Imran: 110).