Rabu, 12 Juli 2017



MENYONGSONG ERA BARU DENGAN SEMANGAT BARU

Selamat untuk pembaca semua. Selamat apa? Ya, selamat samuanya. Selamat sudah dapat menyelesaikan puasa bagi saudaraku yang Muslim, plus merayakan Lebarannya. Selamat bagi sedulur-sedulur yang bisa membeli baju atau sekadar sandal japit baru. Selamat bagi saudara-saudara yang sudah dapat berkumpul dengan handai taulannya meskipun untuk mewujudkannya harus berjuang setengah mati-matian.

Khusus bagi keluarga besar SMAN 2 Magelang, selamat kembali ke habitat edukatif kampus biru kita, Kampus Begarlist. Rehat yang terlalu lama, sekitar empat pekan, telah membuat kita gamang kembali ke dunia sekolah.  Oleh karenanya, ada baiknya semua warga sekolah untuk senam ringan penyesuaian. Para guru ada baiknya senam ringan dengan membuka-buka buku, memegang-megang spidol supaya tidak kikuk begitu kembali mengajar. 
  

Lha, para siswa ngapain? Ya, harus ikut senam ringan juga. Misalnya, dengan latihan menulis kembali. E, mbok banyak siswa yang mulai menulis karena selain efek libur panjang, juga akibat budaya baru yang menjangkiti para siswa, yakni ngezom via HP catatan guru di papan tulis.

  Kini saatnya, kita harus melanjutkan aktivitas kita sebagai warga pembelajar. Mari kita tumbuhkembangkan optimisme baru dalam beraktivitas. Awal masuk biasanya kita dihadapkan dengan berbagai kebiajakan baru. Untuk itu, mari belajar menjadi manusia yang tidak kagetan dan gumunan. Anggap saja ini sebagai aplikasi setelah kita latihan “bertapa” melalui ritual Ramadan.

Kebijakan baru itu misalnya penghilangan honor untuk waka, bendahara, wali kelas, pembina ekstrakurikuler. Wow, kok begitu? Ya, itulah kebijakan. Yang tidak setuju, silakan nangis sampai nggero-nggero; sementara yang setuju, kilihatannya kok tidak ada. Jadi, nantinya para guru yang biasanya punya jabatan (waka, bendahara, pembina ekstrakurikuler, dll.) dimungkinkan akan berbondong-bondong menyerahkan diri untuk menjadi guru biasa.

Mengapa demikian? Lha, wong jadi guru baik yang beratribut, maupun yang biasa, tanpa embel-embel, pahala dunianya sama saja. Masalah ganjaran akhirat, jelas sangat berbeda. Namun, sayang hal gaib begini mata lahiriah kita tidak mampu melihatnya. Mungkin terkecuali bagi teman-teman kita, para guru agama.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dari atasan yang benar-benar wicaksana, hati-hati, dan membuat semua bersenang hati. Pendistribusian kerja harus adil dan merata. Harus ada sikap memandang yang baru bahwa semua guru itu mampu melaksanakan tugas. Dengan demikian, tidak akan terjadi penimbunan tugas sekolah kepada personel tertentu. Sementara di sebelah sana, ada beberapa guru yang enak-enak tidak mendapat tugas apa-apa dari sekolah. Ketakutan bahwa ada personel guru yang kurang atau tidak mampu, sebenarnya kebanyakan hanyalah halusinasi. Kalaupun itu sebuah kenyataan, ya di sinilah tugas mulia seorang pemimpin untuk menjadikan yang kurang menjadi GENAP.
Sementara bagi siswa, sebenarnya sudah dimulai tahun yang lalu. Anda, para senior, dilarang keras bersentuhan langsung dengan para siswa baru saat masa orientasi siswa baru (MOS) yang sekarang berganti nama menjadi pengenalan lingkungan sekolah (PLS). sebagai kebijakan yang relatif baru, ini pun pada awalnya banyak disinisi para siswa senior. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya para siswa senior pun menerimanya meskipun masih belum legawa 1000%.

Memperdebatkan sesuatu yang baru, yang kita juga belum paham ruhnya, rasanya hanya membuang-buang waktu. Mari energi itu kita kelola untuk “memaksa diri” dan bersiap menyongsongnya dengan niat kerja sungguh-sungguh. Dengan nawaitu bismillah, mari sambut era baru dengan semangat baru yang terus meningkat, sebagaimana bulan Syawal, setelah Ramadan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...