Minggu, 14 Maret 2021

 



Jimat Itu Bernama Kisi-Kisi

 

Semua orang perlu piandel atau cekelan sebagai penguat. Para kesatria Pandawa punya Jimat Kalimasada sebagai gegondhelan hidup. Ia berfungsi sebagai penunjuk arah supaya hidup menjadi lurus. Tidak melenceng, ngalor ngidul yang tidak tentu juntrungnya.

Pun demikian dengan siswa zaman milenial sekarang, mereka selalu mencari jimat ampuh yang bernama kisi-kisi untuk menghadapi UH, PHT, UAS, dan US. Padahal sebenarnya itu semua merupakan rutinitas yang sudah dijalaninya bertahun-tahun. Jadi, bagi siswa yang good student tidak perlu memburu-buru, apalagi melalui jalan kudeta. Cukup pakai ngelmu titen semua sudah beres.

Namun, semuanya sudah telanjur salah. Mungkin ini efek dari kita kebanyakan makan mi instan. Semuanya ingin bagus dan cepat, tetapi melupakan nilai-nilai adiluhung yang sudah diamalkan kuno-makuno oleh para leluhur kita. Yen pengin mulyo yo kudu wani rekoso. Tidak ujug-ujug dengan menafikan nilai-nilai moral dan etika. Ya, misalnya kalau pengin jadi ketua partai ya harus ikuti aturan jadi anggota dulu, berjuang, kalau perlu belepotan dulu. Jangan ngrebut, ngudeta langsung methongkrong jadi jadi ratu. Yang semacam ini tentu akan dicatat dengan tinta merah dalam sejarah. 

Demikian juga mau nilainya bagus. Rumusnya gampang: semua tugas guru dipenuhi, dikerjakan, dan disetorkan. Tidak usah nunggu dioyak-oyak. Utang itu wajib dibayar supaya semuanya tentrem ayem. Yang diberi nilai bagus berkah; yang memberi pun rida. Mak plong,
 nyes. Jadinya, yang muncul adalah aura ceria.

Kembali ke masalah jimat kisi-kisi, akhirnya saya harus mengalah pada tradisi yang sudah telanjur salah. Silakan dibaca secara tartil kalau ada hal yang belum dipahami tanya saja. Tanya ke sumber yang benar. Jangan tanya pada Fajrul, Imantoro, Mbah Suryo. Cari yang lurus-lurus seperti Kang Alfan, Yai Chanif, Aa Lukman, Ayu, Alifia, Widiyaningrum, Dwi Rizky, Enggal, Ramandha, dll. Pokoknya ke mereka yang masih di jalan yang lurus.

Silakan dicermati, kalau perlu dicatat: ide pokok, inti kalimat, menyimpulkan isi tersirat teks, membandingkan dua teks, kalimat pernyataan yang sesuai dengan bacaan, menemukan kalimat fakta/opini, memaknai istilah, kata baku/tidak baku, variasi kata, kata khusus kata umum, kalimat definisi, kalimat imperatif, kalimat deklarasi, penggunaan konjungsi,  kata ulang, opini penulis dalam surat kabar, memberikan tanggapan logis, menemukan makna lambang, majas, argumentasi melengkapi tesis, konflik cerita, perwatakan tokoh, makna bait puisi, melengkapi baris pantun, kaitan isi cerita dengan kejadian sekarang, struktur teks negosiasi, frasa endosentris apositif, endosentris atributif, mengaransemen kalimat menjadi paragraf, melengkapi paragraf dengan kata berimbuhan, memperbaiki kesalahan (penulisan kata berimbuhan, penggunaan istilah, konjungsi), biografi, karakteristik teks hikayat, kritik, ketidakefektifan teks ulasan, memperbaiki kesalahan kalimat yang tidak efektif, surat lamaran (pembuka, pemerian, penutup surat).

Sekali lagi kisi-kisi hanya sebuah rambu-rambu. Kalau itu dianggap sebagai jimat, ia tidak akan berdampak apa-apa ketika hanya didiamkan. Seperti halnya jimat, ia harus dimantra, dirapal supaya merasuk ke dalam seluruh aliran darah yang ada di dalam tubuh. Itu pun semuanya harus kita serahkan kepada yang maha penentu segalanya, Gusti Allah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...