Jimat Itu Bernama Kisi-Kisi
Semua orang perlu piandel
atau cekelan sebagai penguat. Para kesatria
Pandawa punya Jimat Kalimasada sebagai gegondhelan hidup. Ia berfungsi
sebagai penunjuk arah supaya hidup menjadi lurus. Tidak melenceng, ngalor
ngidul yang tidak tentu juntrungnya.
Pun demikian dengan siswa zaman milenial sekarang, mereka selalu mencari jimat ampuh yang bernama kisi-kisi untuk menghadapi UH, PHT, UAS, dan US. Padahal sebenarnya itu semua merupakan rutinitas yang sudah dijalaninya bertahun-tahun. Jadi, bagi siswa yang good student tidak perlu memburu-buru, apalagi melalui jalan kudeta. Cukup pakai ngelmu titen semua sudah beres.
Namun, semuanya sudah telanjur salah. Mungkin ini efek dari kita kebanyakan makan mi instan. Semuanya ingin bagus dan cepat, tetapi melupakan nilai-nilai adiluhung yang sudah diamalkan kuno-makuno oleh para leluhur kita. Yen pengin mulyo yo kudu wani rekoso. Tidak ujug-ujug dengan menafikan nilai-nilai moral dan etika. Ya, misalnya kalau pengin jadi ketua partai ya harus ikuti aturan jadi anggota dulu, berjuang, kalau perlu belepotan dulu. Jangan ngrebut, ngudeta langsung methongkrong jadi jadi ratu. Yang semacam ini tentu akan dicatat dengan tinta merah dalam sejarah.
Demikian juga mau nilainya bagus. Rumusnya gampang: semua tugas guru dipenuhi, dikerjakan, dan disetorkan. Tidak usah nunggu dioyak-oyak. Utang itu wajib dibayar supaya semuanya tentrem ayem. Yang diberi nilai bagus berkah; yang memberi pun rida. Mak plong,nyes. Jadinya, yang muncul adalah aura ceria.
Kembali ke masalah
jimat kisi-kisi, akhirnya saya harus mengalah pada tradisi yang sudah telanjur
salah. Silakan dibaca secara tartil kalau ada hal yang belum dipahami tanya
saja. Tanya ke sumber yang benar. Jangan tanya pada
Fajrul, Imantoro, Mbah Suryo. Cari yang lurus-lurus seperti Kang Alfan, Yai
Chanif, Aa Lukman, Ayu, Alifia,
Widiyaningrum, Dwi Rizky, Enggal, Ramandha, dll. Pokoknya ke mereka yang masih di jalan
yang lurus.
Silakan dicermati, kalau perlu dicatat: ide pokok, inti
kalimat, menyimpulkan isi tersirat teks, membandingkan dua teks, kalimat
pernyataan yang sesuai dengan bacaan, menemukan kalimat fakta/opini, memaknai
istilah, kata baku/tidak baku, variasi kata, kata khusus kata umum, kalimat
definisi, kalimat imperatif, kalimat deklarasi, penggunaan konjungsi, kata ulang, opini penulis dalam surat kabar,
memberikan tanggapan logis, menemukan makna lambang, majas, argumentasi
melengkapi tesis, konflik cerita, perwatakan tokoh, makna bait puisi,
melengkapi baris pantun, kaitan isi cerita dengan kejadian sekarang, struktur
teks negosiasi, frasa endosentris apositif, endosentris atributif,
mengaransemen kalimat menjadi paragraf, melengkapi paragraf dengan kata
berimbuhan, memperbaiki kesalahan (penulisan kata berimbuhan, penggunaan
istilah, konjungsi), biografi, karakteristik teks hikayat, kritik,
ketidakefektifan teks ulasan, memperbaiki kesalahan kalimat yang tidak efektif,
surat lamaran (pembuka, pemerian, penutup surat).
Sekali lagi
kisi-kisi hanya sebuah rambu-rambu. Kalau itu dianggap sebagai jimat, ia tidak
akan berdampak apa-apa ketika hanya didiamkan. Seperti halnya jimat, ia harus dimantra,
dirapal supaya merasuk ke dalam seluruh aliran darah yang ada di dalam
tubuh. Itu pun semuanya harus kita serahkan kepada
yang maha penentu segalanya, Gusti Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar