Sabtu, 18 Oktober 2014

Ketika Kita Salah Memaknai Sebuah Nilai

Usai sudah perhelatan kecil yang bernama ulangan tengah semester (UTS). Sebagian siswa sudah menerima hasil kerja keras selama ulangan. Respon siswa pun beraneka ragam. Ada yang gembira setengah mati karena nilainya lulus. Sebaliknya, ada yang duduk termenung karena tidak lulus. Ada pula yang menyikapinya biasa-biasa saja.
Nilai yang disimbolkan dengan angka adalah gambaran atau potret kinerja kita. Apabila semuanya wajar, nilai memang bisa merupakan potret kinerja. Namun, permasalahannya kewajaran itu sudah jauh, bahkan teramat jauh dari kita. Ya, katakanlah dunia ini atau barangkali kita ini sebagian besar sudah kentir. Akibatnya, banyak dari nilai yang kita peroleh bukan merupkan gambaran asli kinerja kita. Banyak siswa yang nilainya sudah di atas KKM, tetapi sebenarnya mereka belum layak mendapat nilai seperti itu. Ya, bagaimana tidak atau belum layak kalau dalam mengerjakan soal mereka masih tengak-tengok sana-sini. Kalau perlu mendoakan supaya pengawas ulangan keluar atau sibuk dengan aktivitas lain. Intinya: supaya dapat mengopi jawaban teman dan nilai mejandi baik.
Ketika kita mendudukkan nilai pada tempat tertinggi, bahaya yang timbul adalah selamanya kita akan menjadi siswa PALSU. Berwajah satria, tetapi denawa alias BUTO. Selain itu, kita tidak akan pernah menjadi siswa yang maju. Otak kita menjadi tumpul dan tidak punya syahwat untuk maju.

Oe, anak-anakku! Kamu harus mengubah diri. Luruskan NAWAITUmu. Belajar itu niatnya mencari ilmu, tidak mencari nilai. Yang penting adalah seberapa kamu bisa, mengerti, paham. Masalah nilai nanti akan mengikuti. Dengan demikian, ketika kita belum paham, kita akan bertanya mencari tahu. Namun, jika nilai yang menjadi tujuan, orang cenderung cuek untuk bertanya meskipun kurang paham. Sebab, nilai yang diperolehnya sudah TUNTAS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...