FRASA, KLAUSA, DAN KALIMAT
(oleh Sartono Jaya)*
A.
FRASA
Frasa adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan pulang, kemarin pagi, yang sedang berdoa.
Dari batasan tersebut dapatlah dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua
sifat, yaitu (1) frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata
atau lebih dan (2) frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi
unsur klausa. Artinya, frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa
yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam Frasa
1.
Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a.
Frasa endosentrik
yang koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara. Ini
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dapat dihubungkan dengan kata
penghubung.
Contohnya: suami
istri pendidikan dan
pengajaran
kakak
adik belajar atau bermain
b.
Frasa endosentrik
yang atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara
Contohnya: hari libur hadiah
ulang tahun
hari, hadiah merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama
dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur terpenting/unsur
pusat/unsur inti, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
c.
Frasa endosentrik
yang apositif
Frasa endosentrik yang apositif: frasa yang atributnya berupa aposisi/
keterangan tambahan.
Contohnya: Kardun, bekas suami Romlah, sangat ganteng.
Dalam frasa Kardun, bekas suami
Romlah secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur bekas suami Romlah, sama dengan unsur lainnya, yaitu Kardun. Sebab, unsur bekas suami Romlah dapat menggantikan unsur Kardun. Perhatikan jajaran berikut:
Kardun, bekas suami
Romlah, sangat ganteng
Kardun, ……………………., sangat ganteng.
………, bekas suami Romlah sangat
ganteng.
Unsur Kardun merupakan unsur
pusat/inti, sedangkan unsur bekas suami
Romlah merupakan aposisi (Ap).
2.
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya.
Contohnya:
Siswa kelas XII IPS 2 sedang
bergotong royong di dalam kelas.
Frasa di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut.
Siswa kelas XII IPS 2 sedang bergotong royong di ……. (?)
Siswa kelas XII IPS 2 sedang bergotong royong …. kelas (?)
3.
Frasa Nominal, Frasa Verbal, Frasa Bilangan, Frasa Keterangan
a.
Frasa Nominal: frasa
yang memiliki distributi yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: rumah bagus, sepatu baru
b.
Frasa Verbal: frasa
yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan belajar
c.
Frasa Bilangan
Frasa Bilangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan.
Misalnya:
dua butir telur, sepuluh keping
d.
Frasa Keterangan: frasa
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya:
tadi malam, besok pagi
e.
Frasa Depan: frasa
yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa
sebagai aksinnya.
Misalnya:
di musala sekolah, dari Gunung Sinabung
4.
Frasa Ambigu
Frasa ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau
mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan garmen milik perancang busana wanita terkenal, tempat
bapakku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frasa perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
a.
Perancang busana
yang berjenis kelamin wanita.
b.
Perancang yang
menciptakan model busana untuk wanita.
5.
Frasa Idiomatik
Frasa yang
perpaduan unsur-unsurnya mengandung makna kias, ungkapan.
Misalnya: meja
hijau (pengadilan), kembang desa (gadis
tercantik di desa itu)
B.
KLAUSA
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat
(P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk
menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang
mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1.
Berdasarkan unsur
intinya
2.
Berdasarkan ada
tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3.
Berdasarkan
kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi predikat
C.
KALIMAT
1.
Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca Quran di musala.
2.
Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap
menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
a.
Pola kalimat 1 =
kata benda + kata kerja
Contoh: Ayah memasak. Orang buta
dituntun.
Pola kalimat 1 disebut kalimat ”verbal”
b.
Pola kalimat 2 =
kata benda + kata sifat
Contoh: Siswa rajin. Gunung tinggi.
Pola kalimat 2 disebut pola kalimat ”adjektiva”
c.
Pola kalimat 3 =
kata benda + kata benda
Contoh: Bapak pedagang. Paman polisi
Pola kalimat 3 disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat
ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah,
menjadi, merupakan.
d.
Pola kalimat 4
(pola tambahan) = kata benda + adverbial
Contoh: Ibu ke mall. Ayah dari pasar.
Pola kalimat 4 disebut kalimat
adverbial.
D.
JENIS KALIMAT
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti
pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu
atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur
tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal
|
Susunan Pola
Kalimat
|
Ayah mengaji.
Adik minum susu.
Tante menyimpan uang di bank.
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat
atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat
tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Siswa itu membaca novel. (kalimat tunggal)
Siswa yang terpandai di kelas itu sedang membaca novel.
(subjek pada kalimat pertama
diperluas)
b. Penggabungan
dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua
atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Fatima
mengaji Quran (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal
II)
Fatima membaca
Quran dan bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
a.
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara
pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
1) Kalimat majemuk
setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagi pula, dan sebagainya.
Misalnya: Galang anak yang baik lagi pula sangat
pandai.
2)
Kalimat majemuk
serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau,
Misalnya: Anda mau ikut aku ke pasar atau
menemani nenek di rumah?
3) Kalimat majemuk
setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat alim, tetapi adiknya
sangat jahlun.
b.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal. Bagian kalimat yang
diperluas membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat
asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.
Contoh:
1)
Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahui bahwa dia yang berbuat onar. (anak kalimat
pengganti objek)
2)
Kami belajar sampai sore.
S P K
Kami belajar sampai matahari terbenam. (anak kalimat pengganti
keterangan)
c.Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil
gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga
pola kalimat.
Misalnya:
1) Ketika kami duduk-duduk, seorang pemuda datang, dan kami menyambutnya dengan ramah.
2)
Tegar tetap
berangkat ke sekolah dan mengerjakan tugas-tugas sekolah meskipun ia baru
kurang enak badan.
*) dihimpun dari berbagai sumber