Sudut Pandang Pengarang
Cerpen/ Novel
(Sartono Jaya)*
Sudut Pandang Pengarang Cerpen/ Novel
1. Sudut Pandang Orang
Pertama sebagai Pelaku Utama
Dalam sudut pandang teknik
ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya,
baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya
dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran,
pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan,
dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping
memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam
cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).
Contoh:
Pagi ini begitu cerah hingga mampu
mengubah suasana jiwaku yang tadinya penat karena setumpuk tugas yang masih
terbengkelai menjadi sedikit teringankan. Namun, aku harus segera bangkit dari
tidurku dan bergegas mandi karena pagi ini aku harus meluncur ke sekolah untuk mengerjakan PR, tepatnya menyalin pekerjaan teman, yang harus segera aku kumpulkan hari ini juga.
2. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Sampingan
Dalam sudut pandang ini,
tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan
(first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada
pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan
tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.
Dengan demikian si ”aku”
hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang
ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan
penutup cerita.
Contoh:
Deru beribu-ribu kendaraan yang
berlalu-lalang serta amat membisingkan telinga menjadi santapan sehari-hariku
setelah tiga bulan aku tinggal di kota metropolitan ini. Memang tak mudah untuk
menata hati dan diriku menghadapi suasana kota besar, semacam Jakarta, bagi
pendatang seperti aku. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke kota ini.
Tapi, kali ini aku tak kuasa untuk menghindar dari tugas ini, yang konon
katanya aku sangat dibutuhkan untuk ikut memajukan perusahaan tempatku bekerja.
Ternyata, bukan aku saja yang mengalami
mutasi kali ini. Praba, teman satu asramaku , juga mengalami hal yang sama.
Kami menjadi sangat akrab karena merasa satu nasib, harus beradaptasi dengan
suasana Kota Jakarta.
“Aku bisa stress kalau setiap hari harus
terjebak macet seperti ini. Apakah tidak ada upaya dari Pemkot DKI
mengatasi masalah ini! Rasanya, mendingan posisiku seperti dulu asal tidak di
kota ini!” umpatnya.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
Dalam sudut pandang ini,
cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan
apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui
segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal
tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang
melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup
waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia”
yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan
tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi
tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
Contoh:
Sudah genap satu bulan dia menjadi
pendatang baru di komplek perumahan ini. Tapi, belum satu kali pun dia terlihat
keluar rumah untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain, berbelanja,
atau apalah yang penting dia keluar rumah.
“Apa mungkin dia terlalu sibuk, ya?” celetuk
salah seorang tetangganya. “Tapi, masa bodoh! Aku tak rugi karenanya dan dia
juga tak akan rugi karenaku.”
Pernah satu kali dia kedatangan tamu
yang kata tetangga sebelah adalah saudaranya. Memang dia sosok introvert, jadi
walaupun saudaranya yang datang berkunjung, dia tidak bakal menyukainya.
4. Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat
Dalam sudut pandang ”dia”
terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang
dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun
terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat
terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”,
namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti
halnya tokoh pertama.
Contoh:
Entah apa yang terjadi dengannya.
Datang-datang ia langsung marah. Memang kelihatannya ia punya banyak masalah.
Tapi kalau dilihat dari raut mukanya, tak hanya itu yang ia rasakan. Tapi
sepertinya ia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat,dan rambutnya
kusut berminyak seperti satu minggu tidak terbasuh air. Tak satu pun dari
mereka berani untuk menegurnya, takut menambah amarahnya.
5. Sudut Pandang Orang Ketiga Terarah/Terfokus
Penulis fokus menggali isi pikiran dan perasaan dari tokoh
utama. Tokoh-tokoh lain tampak diabaikan, tidak terlalu diungkap pikiran dan
perasaannya.
Contoh:
Si Dali bukan orang biasa. Sudah jadi tokoh. Bahkan tokoh
luar biasa. Hidupnya selalu dalam cahaya yang bersinar terang. Gemerlap dengan warna-warni yang aduhai indahnya.
Lebih dari pelakon utama di atas panggung sandiwara. Karena pelakon Julius Casar, atau King Lear, atau
Macbeth hanya gemerlap pada sebatas bidang panggung. Apalagi bila layar
panggung telah turun atau di luar gedung sandiwara para pelakon kembali jadi
manusia biasa. Adakalanya mereka menjadi seperti orang kere yang selesai
melakonkan Gatotkaca pada wayang wong masa lalu. Sedangkan Si Dali berada
seperti pada panggung dunia yang tak lagi dibatasi oleh sepadan negara. Kata
orang, Si Dali jadi begitu karena dia tidak pernah hidup dalam kegelapan.
Kegelapan malam maupun kegelapan siang. Artinya dia hidup selalu dalam terang
benderang, penuh cahaya.
*) Diambil dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar