TRADISI BERBAGI DI MOMEN IDUL FITRI
Wates, 1Syawal 2014. Tepat
pukul 17. 37 WIB, beduk magrib ditabuh dan azan magrib pun dikumandangkan. Umat Islam di seluruh Wates bersukacita. Mereka larut dalam
kegembiraan karena telah telah kembali kepada kefitrian setelah selesai
melaksanakan puasa Ramadan selama satu
bulan.
Usai
melaksanakan salat magrib berjamaah di Masjid Sirajul Huda Wates, jamaah tidak
beranjak pulang. Mereka melantunkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid. Lantunan
takbir, tahlil, dan tahmid baru berhenti ketika waktu memasuki salat isya.
Selesai salat isya, sebagaian jamaah yang tua-tua melanjutkan takbiran,
sementara jamaah remaja dan anak-anak melakukan pawai obor keliling kampung.
Kira-kira
pukul 21.00 WIB setelah selesai pawai obor, biasanya masyarakat akan kembali ke
rumah masing-masing. Mereka melakukan tradisi sungkeman keluarga dan sekadar
bagi-bagi kenangan dari yang tua kepada yang muda. Bagi masyarakat Wates,
melakukan sungkeman pada malam 1 Syawal merupakan tradisi wajib dilakukan.
Sebab, mereka meyakini bahwa keluarga atau orang tua adalah nomor satu. Jadi,
sebelum mereka bermaaf-maafan ke ketangga-tetangga, mereka harus terlebih
dahulu saling memaafkan di lingkungan intern keluarganya.
Acara
sungkeman keluarga biasanya didahului dengan takbiran, kemudian mendoakan arwah
leluhur mereka berupa bacaan tahlil yang dipimpin oleh orang yang paling tua
dalam keluarga tersebut. Setelah itu baru dilaksanakan acara sungkeman. Di
sinilah biasanya terjadi suasana haru. Banyak di antara mereka yang menangis
karena tulus mengakui dan meminta maaf.
Sebagai
penutup acara sungkeman adalah berbagi kenangan. Acara ini disebut “andum
sangu”, yakni yang tua atau yang sudah bekerja memberi kenangan atau sangu
kepada yang muda. Dengan “andum sangu” inilah kedekatan keluarga semakin
terjalin dan kasih sayang semakin menyubur di dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar