DIRGHAYU KE-70 REPUBLIK INDONESIAKU
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3cjELNQruhAV5Uki2NNyfwJ0t-H5e-wZJ-weejPDTFQ-GOx0Kktt878C7-WhSVnSKf-j9uILwXmK0Xv0Wu1aNIHb2olz18qslljqwRXoZKMqrlh5lyh1-7LY9Qxwh0ESt6SMLr0GZhGs/s320/20150817_071154%255B1%255D.jpg)
Hari ini, 17 Agustus 2015, kita segenap bangsa Indonesia
memperingati momen sangat bersejarah yakni proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia. Berbagai acara dan ritual peringatan digelar oleh segenap komponen
bangsa. Ada upacara, gerak jalan, lomba yang bersifat hiburan. Semua mempunyai
muara yang sama, “mangayubagya” hari kemerdekaan RI.
Secara defacto dan de jure, Indonesia memang telah merdeka
pada 17 Agustus 1945. Itu sebuah fakfa yang tak terbantahkan. Dan hari ini,
persitiwa itu sudah berumur 70 yahun. Sebuah usia yang cukup bagi sebuah bangsa
untuk mengelola dirinya demi kesejahteraan masyarakatnya. Akan tetapi, secara
jujur mesti kita berani mengakui bahwa masih banyak PR besar yang harus kita
kerjakan. Ya, memang harus KITA, bukan PEMIMPIN saja yang mengerjakan. Sebab,
kita ini sering berkali-kali lupa akan pelajaran sejarah. Kita sering mengira
bahwa bangsa yang besar ini nasibnya hanya ditentukan oleh segelintir para
pemimpinnya. Sementara rakyat yang jumlahnya berjuta-juta justru dinafikan.
Akibatnya, ketika pemimpin ini tidak memenuhi ekspektasi mereka, mereka lantas
menghakimi sebagai pemipimpin gagal, pemimpin tidak becus, dan sebagainya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7vYq8A6cNTqtM4C2r3iQVbk8S8n3dELdaIiGMMlTuaqn7b5XzMDG8f0wy9NI_qu3fV4fgw4VNDVGnh62LT1uQHzzdOuPM0V71K3-iPfRDuaM2HXfE3KfZTs6e9KkBqJ6GbYkRut8K1h0/s320/images.jpg)
Itu pula yang terjadi pada era Sukarno, Suharto, dan
presiden-prisiden berikutnya. Bagaimana kemarin tahun 2014, kita masih sangat
ingat hampir sebagian rakyat kita tumpleg bleg mengelu-elukan pelantikan Jokowi
– JK sebagai presiden kita menggantikan era sebelumnya. Mereka menaruh harapan
besar terhadap kedua pemimpin ini bisa membawa negeri ini menjadi negeri yang
adil makmur sejahtera gemah ripah loh jinawi. Akan tetapi, kini setelah sepuluh
bulan mereka megimami negeri ini, hasil rapornya jeblog, terutama di sisi
ekonomi. Rakyat mulai bersuara. Ah, ini pemimpin bohong. Ini pemimpin tidak
becus. Intinya, rakyat mulai kecewa. Meskipun peran pemimpin memang begitu
besar, tetapi sebagai rakyat, kita juga perlu jujur. Sudah sejauh mana yang
kita kerjakan. Jangan-jangan kita ini hanya sekadar menunggu keajaiban dari
pemimpin dan cuma ongkang-ongkang tak melakukan apa-apa.
Secara hakiki negeri ini barangkali memang BELUM merdeka. Masih
banyak hal yang belum bisa kita handle
dengan tangan kita sendiri. Negara sebesar ini masih kalah dengan mafia daging
sapi. Betapa kita tak berdaya berhadapan dengan korporasi yang mempermainkan
harga daging sapi. Ini berbeda sekali ketika kita berhadapan dengan teroris.
Cek, cek, cek. Tangkap, tangkap, tangkap. Cepat sekali! Bahkan, aparat kita
bisa menangkap mereka, sebelum mereka bertindak, dengan bukti-bukti lengkap.
Ini barangkali yang membuat sebagian masyarakat kita
bertanya-tanya, ada apa dengan aparat kita. Begitu sigap dan galak sekali jika
berhadapan dengan saudara-saudara kita yang kebetulan beragama Islam. Meskipun,
mereka baru sebatas diduga. Masyarakat juga merindukan sekali mereka bertindak
adil menangani kasus Tolikara di Papua. Sampai sekarang Pemerintah, lewat
Densus 88 juga tidak pernah menyetempel mereka, para pelaku kerusuhan Tolikara,
sebagai teroris. Padahal mereka ini sudah nyata terbukti melakukan, tidak hanya
sebatas diduga. Kita bisa membayangkan jika yang terjadi sebaliknya, umat Islam
membantai umat Kristen. Tentu dunia sudah geger. Pers, para petinggi negeri
ini, dan pemimpin dunia jelas akan menjadikan masalah ini sebagai olok-olok dan
kampanye global melawan Islam.
Di bidang-bidang lain kita juga harus bekerja keras. Masalah ekonomi
yang mengalami stagnasi, bahkan penurunan, akan membuat berbagai proyek besar
infrastruktur yang dicanangkan pemerintah batal digarap. Hal ini juga akan
berimbas ke masalah pengangguran. Kalau hal ini tidak tertangani dengan baik, hal
ini bisa berimbas ke masalah sosial. Masalah korupsi yang sampai kini belum
mampu kita amputasi. Masalah narkoba yang makin menggila menggerogoti anak
bangsa, dan lain-lain. Semua itu menjadi PR besar kita.
Sesuai dengan logo peringatan ulang tahun ke-70 kemerdekaan
Republik Indonesia “Ayo Kerja”, mari kita kerja nyata sesuai kapling kita
masing-masing. Sudah saatnya pemimpin tidak mengumbar janji-janji, tetapi
merealisasikan janji-janji. Jangan sampai rakyat bergerak, menuntut janji-janji
itu. DIRGAHAYU KE-70 REPUBLIK INDONESIA, INDONESIA JAYA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar