GEBYAR INDONESIAKU
Jangan heran jika kita
melewati kampung-kampung akan terlihat geliat peringatan HUT RI. Umbul-umbul
bernuansa merah putih berjajar rapi menghias sepanjang jalan dan gang. Demikian
juga dengan kantor-kantor pemerintah dan swasta, semua bersolek menghias diri
menyambut hari keramat bangsa.
Berbagai lomba yang beraroma
hiburan pun digelar. Dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu, mereka terlibat.
Dari makan kerupuk, lari karung, voli, sepak bola sarung, jalan santai, sampai
lomba masak.
Berbagai even yang
sengaja digelar oleh segenap elemen bangsa ini, terutama di tataran bawah,
merupakan hiburan tersendiri. Mereka memang layak merefres diri dari himpitan kehidupan
sehari-hari. Sebab, di golongan ini, 72 tahun Indonesia merdeka belumlah
memerdekan mereka dari keterpurukan. Keteraniayaan ekonomi masih mengakrabi
nasib mereka. Jadi, tak apalah tersenyum sebentar sambil menyenyumi nasib diri yang
belum merdeka 100%.
Sebagai negara, Indonesia
memang telah merdeka 72 tahun yang lalu. Usia 72 tahun adalah usia yang cukup
“sepuh”. Usia yang seharusnya sudah menghasilkan anak dan cucu bernama kesejahteraan.
Namun, hingga detik ini hal itu masih jauh dari harapan.
Kita terpaksa harus
banyak ngempet dan sementara menunda
menjadi rakyat sejahtera. Memang, negeri kita kaya akan hasil tambang. Tambang
emas, tambang migas, tambang batu bara, semua ada di negeri ini. Akan tetapi,
semua yang kita miliki itu masih dikuasai asing. Dari sekian tambang-tambang
itu, di hari peringatan kemerdekaan yang ke-72 ini, kita hanya kebagian TARIK
TAMBANG.
Di sisi lain kita pun dibuat mengelus dada mengapa di negeri yang
wilayah lautnya 2/3 dari luas wilayah negeri ini justru defisit garam? Semboyan
kita harus JAYA di MARITIM ternyata baru menjadi penghias bibir dan pelipur
lara pengantar tidur.
Ya, apa pun yang
sekarang lihat dengan segala plus minusnya, inilah Indonesia kita. Negeri
tumpah darah kita yang harus kita gebyarkan terus. Mari kita terus gelorakan
semangat Indonesia Raya, Indonesia jaya, bukan sekadar pada gebyar seremonial,
melainkan pada gebyar kerja nyata membangun menuju negeri yang gemah ripah
loh jinawi. Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar