Selasa, 19 September 2017

IBRAH TAHUN BARU



MEMANDANGI WAJAH SENDIRI

Malam ini, di hari pertama masuk tahun baru 1439 H., sebelum berangkat tidur, aku sempatkan mengamati  wajahku sendiri. Ada kerut-kerut tanda ketuaan sebagai sunatullah yang mesti diterima. Ya inilah aku yang sudah lebih dari setengah abad menjejakkan kaki di bumi Allah.
Subhanallah, alhamdulillah, astagfirullah, ada banyak rasa bercampur-campur ketika mengamati wajah yang mulai menua ini. Sinyal-sinyal dari yang Mahakuasa begitu kentara menyodor di mata. Tanda-tanda itu jelas menyangkut di kepala yang kini mulai putih memerak, di janggutku juga. “Ingat-ingat engkau dari mana dan mau ke mana, “ kata mereka sambil seolah terus melambai. Aku tunduk tersipu. Mendadak aku jadi kangen berkumpul dengan anak-anak dan istriku tercinta. 

     “Abi, Abi! “ panggil anak-anak dan istriku dari kamar sebelah. Aku segera bergegas ke sana, menemui mereka. Rupanya anak-anak sedang memegang mushaf di samping uminya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Istriku memandangku dalam-dalam, lalu memelukku erat.
“Abi coba dengarkan, anak kita mau berikan sesuatu buat Abi, “ bisiknya pelan. Aku mengangguk saja. 
Dengan tanpa membacanya, anakku mulai melantunkan surat Ar-Rahman, surat kesayangan almarhum Bapak. Kini suara yang sudah hampir sepuluh tahun tak terdengar dan sering membuat jemaah masjid terhening itu kembali muncul, tidak lewat mulut Bapak, tetapi mengalir syahdu lewat cucu Bapak, anakku. 
      Ayat demi ayat terlantun syahdu. Kalimat-kalimat فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ  yang diulang lebih dari 30 kali dalam surat itu membuat dadaku sesak. Tak terasa air mata sudah memenuhi pipiku yang tak kencang lagi. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” semakin membuat aku menjadi manusia yang serbakurang. 
      “Anak-anak dan istriku, doakan abi di tahun baru ini, abi menjadi lebih baik. Baik di mata Allah dan di mata orang-orang yang abi cintai, ” gumamku dalam hati. Selesai anakku melantunkan surah Ar-Rahman, kami berangkulan penuh kesyukuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...