Minggu, 03 September 2017

MEMAKNAI IDUL KURBAN



MEMAKNAI IDUL KURBAN
 
Sabda Rasulullah saw riwayat Abu Hurairah:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا (رواه أحمد وابن ماجه)

Siapa yang memiliki kemampuan, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sekali-kali janganlah ia mendekati musala kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Hari ini telah tiga hari, kita melewati peristiwa perayaan Idul Kurban. Di berbagai tempat, kita melihat pelaksanaan salat Idul Adha yang diikuti dengan penyembelihan hewan kurban.

Penyembelihan hewan kurban merupakan manifestasi ketaatan seorang hamba terhadap Allah, sang Khalik. Semua itu meneladan pada Bapak para nabi, yakni Nabi Ibrahim alaihi salam. Nabi Ibrahim telah dengan brilian memberi contoh kepada kita mengorbankan hal yang paling dicintainya karena perintah Allah. Tidak ada ba bi bu, ngelits dengan berbagai alasan yang sengaja dikonstruksi demi menghindari perintah. Lihatlah sang Bapak Para Nabi itu langsung samina waatakna, saya dengar dan saya taat, begitu mendengar perintah dari Tuannya.


Kurban dalam Perspektif Siswa
Setiap kita sebenarnya adalah 'IBRAHIM' dan setiap Ibrahim punya 'ISMAIL'. Ismail ini sekarang mungkin adalah “EGOMU/EGO KITA” yang sampai sekarang  masih perkasa bersemayam di dalam diri kita. Buktinya, betapa masih banyak di antara Anda yang terus menunda-nunda belajar, padahal Anda bercita-cita ingin menggapai gunung. Anda masih asyik berpangku tangan, menunda pekerjaan, tidak segera mengerjakan tugas yang diberikan guru, padahal menginginkan nilai yang aduh hai. Wow, ironis!

Ismailmu adalah sesuatu yang kau 'SAYANGI' dan kau 'PERTAHANKAN' di dunia ini.  Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa 'KEPEMILIKAN' terhadap Ismail. Dalam bahasa lain, Anda tidak disuruh untuk total meninggalkan kesenangan Anda. Artinya, sebagai siswa, Anda tetap masih bisa bersenda gurau, boleh nyetel musik, asal tahu waktu yang tepat. Yang tidak boleh adalah Anda memertahankan kesayanganmu itu, tetapi melupakan kewajiban utamamu. Misalnya, lupa belajar yang istikamah, lupa numpuk tugas, padahal sudah diingatkan berkali-kali. Ah, mungkin gurumu kalusen sehingga Anda jadi nyepeleke.

Mari senyampang masih dekat dengan Idul Kurban, kita paksa diri kita untuk belajar menjadi Ibrahim-Ibrahim yang mulia. Idul Kurban jangan sampai tidak memberikan bekas apa-apa kepada kita atau hanya meninggalkan bau prengus wedhus. Semoga Allah Subhanahu wa taala menganugrahkan KESALEHAN Nabi Ibrahim dan KEIKHLASAN Nabi Ismail kepada kita semua agar kita bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Amin.

5 komentar:

  1. Pak ini alamat blog saya http://fatimahindahherafirstblog.blogspot.co.id
    (Indah Nur XII IPS 2)

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum Pak, ini alamat blog saya https://mlkdiananjani.blogspot.co.id/ (Dian Putri Yulia A XII IPS 2)Wassalam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, sudut pandangnya kok orang pertama?

      Hapus
    2. Ya, sudut pandangnya kok orang pertama?

      Hapus

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...