MENCARI FORMAT ULTAH SEKOLAH
YANG PAS
Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )
Ulang tahun (ultah) sekolah menjadi isu viral pada bulan Oktober
(22/10/2018) di jagat SMA Negeri 2 Magelang. Acara periodik yang digagas sekolah dan menjadi
program wajib OSIS ini terus bergulir semakin wow.
Beragam sikap dari yang pro, kontra, setengah pro,
setengah kontra, dan yang masa bodo amat, menyeruak ke permukaan. Terutama
setelah acara ultah sekolah itu seakan menjadi menu wajib yang harus digelar
secara wah.
“Perhelatan acara ultah secara wah sah-sah saja,
bahkan harus, “demikian ujar para pengusungnya. Acara ini jelas akan melambung
nama sekolah. Menempatkan posisi sekolah di maqam yang terhormat,
minimal jika disandingkan dengan sekolah-sekolah di lingkungannya. Hal lain adalah mewadahi idealisme para kawula
muda yang ada di dalam pengurus OSIS. Memang tidak bisa dinafikan bahwa pengurus OSIS adalah
kumpulan anak muda, perwakilan siswa, yang penuh idealisme meneropong masa
depan yang lebih melesat. Oleh karenanya, ide-ide mereka perlu diwadahi dan
diapresiasi dengan layak. Ketika muda sudah dibiasakan dengan ide-ide dan kerja
nyata besar, besarnya atau sesudah berkiprah di masyarakat mereka akan lebih
berjaya lagi. Kesuksesan tidak hanya diukur dengan deret angka-angka dalam
rapor atau ijazah, tetapi melalui kerja konkret yang bisa dirasakan langsung
oleh masyarakat.
Sementara
itu, pihak-pihak yang kurang sepakat juga mempunyai alasan yang masuk di akal.
Bagi mereka, ultah sekolah tidak harus dirayakan setiap tahun, apalagi dengan cara
wah. Diakui atau tidak, acara ini
cukup menguras stamina sekolah. Bajet sekolah untuk menopang acara ini cukup
besar, paling tidak di atas Rp50-jutaan, kata salah seorang sumber yang dapat
dipercaya. Rangkaian acara ultah yang cukup panjang, hampir satu bulan, untuk
periode 2016/2017, cukup menguras stamina warga sekolah. Hampir setiap hari,
para pengurus OSIS kehilangan mengikuti jam pembelajaran yang menjadi hak
wajibnya demi acara ultah. Alhasil, banyak pengurus OSIS yang kedodoran dalam
mengikuti pembelajaran. Demikian juga dengan para guru, mereka juga kurang
fokus dalam melayani siswa dalam hal mengajar di kelas karena harus mendampingi
kegiatan siswa di luar kelas.
Di
pihak lain, ada sebagian warga sekolah yang luweh-luweh dengan acara
sekolah. Ultah mau dilaksanakan secarah wah, monggo, biasa-biasa saja
juga monggo, bahkan tidak dilaksanakan pun nggih monggo. Kelompok ini
cukup nyaman menikmati apa yang sudah berjalan di sekolah. Mereka tidak mau
ribet ikut larut dalam pusaran pikiran yang rumit-sofisticated, njlimet.
Sekolah itu, ya berangkat – belajar kalau pas tidak mumet – pulang – wassalam. Sesuk
maning, sesuk maning ya, kaya kuwi maning dan tidak mau berpusing-pusing.
Ketiga
fenomena di atas bukanlah hoax, melainkan fakta. Menyikapi hal tersebut,
perlu langkah bijak. Dicari titik temunya demi kemaslahatan semua warga
sekolah. Dalam alam demokrasi tidak ada menang-menangan. Yang ada adalah 2/3
menang atau 1/2 menang. Idealisme dan kretivitas anak muda tetap wajib diwadahi
demi menyiapkan generasi muda jaya di masa mendatang. Namun demikian,
pelaksanaannya tidak perlu berlebihan sehingga semuanya tetap fokus pada tujuan
sekolah. Di samping itu, semua kegiatan juga harus berpedoman pada regulasi
yang ada, tidak boleh bertabrakan. Sebab, hal ini akan menjadi masalah yang
berkepanjangan. Gelar pensi pada saat ultah menjadi hal yang sangat perlu
diapresiasi karena itu menampilkan karya/produk asli siswa. Hal itu tidak
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) ketiga, yakni Standar Proses. Akan
tetapi, mengundang tamu bintang luar dalam acara periodik ultah sekolah
merupakan hal yang menabrak regulasi rambu-rambu dari Dinas Pendidikan.
Adanya
alasan bahwa kegiatan itu sebagai bentuk nyata pembelajaran berorganisasi demi
menyiapkan SDM di masa mendatang tidak bisa diamini 100%. Harus dipahami bahwa
namanya saja belajar, latihan. Jadi, harus disesuaikan dengan kondisi yang ada bahwa
mereka adalah siswa SMA, mereka baru taraf belajar. Praktik sesungguhnya, misalnya
mendatangkan artis ternama, mengadakan even pertandingan olahraga, dan
lain-lain adalah besok saat siswa itu sudah terjun ke dunia kerja atau kembali
ke masyarakat.
Pihak
sekolah, dalam hal ini para guru juga tetap perlu mengawal supaya idealisme,
kreativitas para siswa tetap tersalurkan. Komunikasi perlu terus dibangun
dengan para pengurus OSIS sebagai perwakilan siswa sehingga diperoleh format
perayaan ultah sekolah yang pas. Memang tidak mudah menyamakan persepsi siswa
dengan persepsi institusi. Namun, dengan tetap menjalin komunikasi yang sehat,
insya Allah akan diperoleh solusi yang membawa kemaslahatan bagi semuanya,
terutama bermanfaat bagi sebagaian besar warga sekolah, bukan sebagian individu
atau kelompok tertentu.
Semua
harus sadar, diakui atau tidak, masyarakat, terutama orang tua, tetap
memedomani parameter tingkat keberhasilan pendidikan di sekolah adalah rangking
perolehan NEM. Meskipun itu hanyalah label yang berupa deret nilai, khalayak
masih mengimani hal itu. Bagi orang tua dan masyarakat ketika memilihkan
sekolah anaknya, peringkat itulah yang akan menjadi acuan, bukan gegap gempita
yang lainnya.
Oleh
karena itulah, semua komponen sekolah perlu berpikir jernih merespons hal ini
dengan tepat. Jangan sampai kita terjebak dengan rutinitas yang bersifat wah,
tetapi menomorsekiankan sesuatu yang juga sangat penting bagi kelanjutan anak
didik. Apalah artinya, di satu sisi kita tampil wah, cetar membahana, tetapi di
sisi lain yang tak kalah pentingya bagi keberlangsungan pendidikan anak didik,
kita kedodoran, berada di saf belakang.
Agar
lebih holistik, ada baiknya kita sebentar mengaji pada hadis Rasulullah
berikut.
Dari Syaddan bin Aus ra.
berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang cerdas itu adalah
yang menghitung dirinya di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Dan yang
bekerja untuk masa sesudah kematiannya. Dan orang yang lemah itu adalah yang
mengikuti hawa nafsunya tapi berharap kepada Allah." Juga diriwayatkan
bahwa Umar ra. berkata, "Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung
di hari kiamat."
Ayo,
anak muda terus berkarya, persiapkan hari esokmu yang lebih cerah dengan tetap
memperhatikan yang sudah berlalu sebagai ibrah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar