Selasa, 23 Oktober 2018

TEKS EDITORIAL


MENCARI FORMAT ULTAH SEKOLAH YANG PAS

Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu”       (QS al Hasyr [59] : 18 )
Ulang tahun (ultah) sekolah  menjadi isu viral pada bulan Oktober (22/10/2018) di jagat SMA Negeri 2 Magelang. Acara periodik yang digagas sekolah dan menjadi program wajib OSIS ini terus bergulir semakin wow.
Beragam sikap dari yang pro, kontra, setengah pro, setengah kontra, dan yang masa bodo amat, menyeruak ke permukaan. Terutama setelah acara ultah sekolah itu seakan menjadi menu wajib yang harus digelar secara wah.
“Perhelatan acara ultah secara wah sah-sah saja, bahkan harus, “demikian ujar para pengusungnya. Acara ini jelas akan melambung nama sekolah. Menempatkan posisi sekolah di maqam yang terhormat, minimal jika disandingkan dengan sekolah-sekolah di lingkungannya.  Hal lain adalah mewadahi idealisme para kawula muda yang ada di dalam pengurus OSIS. Memang tidak bisa dinafikan bahwa pengurus OSIS adalah kumpulan anak muda, perwakilan siswa, yang penuh idealisme meneropong masa depan yang lebih melesat. Oleh karenanya, ide-ide mereka perlu diwadahi dan diapresiasi dengan layak. Ketika muda sudah dibiasakan dengan ide-ide dan kerja nyata besar, besarnya atau sesudah berkiprah di masyarakat mereka akan lebih berjaya lagi. Kesuksesan tidak hanya diukur dengan deret angka-angka dalam rapor atau ijazah, tetapi melalui kerja konkret yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sementara itu, pihak-pihak yang kurang sepakat juga mempunyai alasan yang masuk di akal. Bagi mereka, ultah sekolah tidak harus dirayakan setiap tahun, apalagi dengan cara wah.  Diakui atau tidak, acara ini cukup menguras stamina sekolah. Bajet sekolah untuk menopang acara ini cukup besar, paling tidak di atas Rp50-jutaan, kata salah seorang sumber yang dapat dipercaya. Rangkaian acara ultah yang cukup panjang, hampir satu bulan, untuk periode 2016/2017, cukup menguras stamina warga sekolah. Hampir setiap hari, para pengurus OSIS kehilangan mengikuti jam pembelajaran yang menjadi hak wajibnya demi acara ultah. Alhasil, banyak pengurus OSIS yang kedodoran dalam mengikuti pembelajaran. Demikian juga dengan para guru, mereka juga kurang fokus dalam melayani siswa dalam hal mengajar di kelas karena harus mendampingi kegiatan siswa di luar kelas.
Di pihak lain, ada sebagian warga sekolah yang luweh-luweh dengan acara sekolah. Ultah mau dilaksanakan secarah wah, monggo, biasa-biasa saja juga monggo, bahkan tidak dilaksanakan pun nggih monggo. Kelompok ini cukup nyaman menikmati apa yang sudah berjalan di sekolah. Mereka tidak mau ribet ikut larut dalam pusaran pikiran yang rumit-sofisticated, njlimet. Sekolah itu, ya berangkat – belajar kalau pas tidak mumet – pulang – wassalam. Sesuk maning, sesuk maning ya, kaya kuwi maning dan tidak mau berpusing-pusing.
Ketiga fenomena di atas bukanlah hoax, melainkan fakta. Menyikapi hal tersebut, perlu langkah bijak. Dicari titik temunya demi kemaslahatan semua warga sekolah. Dalam alam demokrasi tidak ada menang-menangan. Yang ada adalah 2/3 menang atau 1/2 menang. Idealisme dan kretivitas anak muda tetap wajib diwadahi demi menyiapkan generasi muda jaya di masa mendatang. Namun demikian, pelaksanaannya tidak perlu berlebihan sehingga semuanya tetap fokus pada tujuan sekolah. Di samping itu, semua kegiatan juga harus berpedoman pada regulasi yang ada, tidak boleh bertabrakan. Sebab, hal ini akan menjadi masalah yang berkepanjangan. Gelar pensi pada saat ultah menjadi hal yang sangat perlu diapresiasi karena itu menampilkan karya/produk asli siswa. Hal itu tidak sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) ketiga, yakni Standar Proses. Akan tetapi, mengundang tamu bintang luar dalam acara periodik ultah sekolah merupakan hal yang menabrak regulasi rambu-rambu dari Dinas Pendidikan.
Adanya alasan bahwa kegiatan itu sebagai bentuk nyata pembelajaran berorganisasi demi menyiapkan SDM di masa mendatang tidak bisa diamini 100%. Harus dipahami bahwa namanya saja belajar, latihan. Jadi, harus disesuaikan dengan kondisi yang ada bahwa mereka adalah siswa SMA, mereka baru taraf belajar. Praktik sesungguhnya, misalnya mendatangkan artis ternama, mengadakan even pertandingan olahraga, dan lain-lain adalah besok saat siswa itu sudah terjun ke dunia kerja atau kembali ke masyarakat.
Pihak sekolah, dalam hal ini para guru juga tetap perlu mengawal supaya idealisme, kreativitas para siswa tetap tersalurkan. Komunikasi perlu terus dibangun dengan para pengurus OSIS sebagai perwakilan siswa sehingga diperoleh format perayaan ultah sekolah yang pas. Memang tidak mudah menyamakan persepsi siswa dengan persepsi institusi. Namun, dengan tetap menjalin komunikasi yang sehat, insya Allah akan diperoleh solusi yang membawa kemaslahatan bagi semuanya, terutama bermanfaat bagi sebagaian besar warga sekolah, bukan sebagian individu atau kelompok tertentu.
Semua harus sadar, diakui atau tidak, masyarakat, terutama orang tua, tetap memedomani parameter tingkat keberhasilan pendidikan di sekolah adalah rangking perolehan NEM. Meskipun itu hanyalah label yang berupa deret nilai, khalayak masih mengimani hal itu. Bagi orang tua dan masyarakat ketika memilihkan sekolah anaknya, peringkat itulah yang akan menjadi acuan, bukan gegap gempita yang lainnya.
Oleh karena itulah, semua komponen sekolah perlu berpikir jernih merespons hal ini dengan tepat. Jangan sampai kita terjebak dengan rutinitas yang bersifat wah, tetapi menomorsekiankan sesuatu yang juga sangat penting bagi kelanjutan anak didik. Apalah artinya, di satu sisi kita tampil wah, cetar membahana, tetapi di sisi lain yang tak kalah pentingya bagi keberlangsungan pendidikan anak didik, kita kedodoran, berada di saf belakang.
Agar lebih holistik, ada baiknya kita sebentar mengaji pada hadis Rasulullah berikut.
Dari Syaddan bin Aus ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang cerdas itu adalah yang menghitung dirinya di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Dan yang bekerja untuk masa sesudah kematiannya. Dan orang yang lemah itu adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi berharap kepada Allah." Juga diriwayatkan bahwa Umar ra. berkata, "Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung di hari kiamat."
Ayo, anak muda terus berkarya, persiapkan hari esokmu yang lebih cerah dengan tetap memperhatikan yang sudah berlalu sebagai ibrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...