Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau
disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad
adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan
ditipu.
Bab ini tidak membicarakan
pemakaian huruf kapital.
|
Buatlah kalimat dengan menggunakan
ungkapan berlepas tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
Orang tua harus bersikap tut
wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera
pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat
kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
|
H. Huruf Tebal
1.
|
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul
buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
2.
|
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring.
|
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal
pada ujung baris.
Saya tidak mengambil
bukumu.
Gabungan kata kerja sama
ditulis terpisah.
|
|
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal
pada ujung baris.
Saya tidak mengambil
bukumu.
Gabungan kata kerja sama
ditulis terpisah.
|
|
3.
|
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan
lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan
polisemi.
|
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau
merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
|
|
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan
...; 3 menganggap kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan
manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis
bawah ganda.
|
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1.
|
a.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
|
b.
|
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan
pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
|
||
2.
|
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E,
Butir 5.)
|
|
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
|
||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E,
Butir 5.)
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
|
||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu
|
|
ditulis serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
C. Bentuk Ulang
1.
|
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di
antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk
ulang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan
rancangan undang2 baru.
Kami mengundang orang2
yang berminat saja.
Mereka me-lihat2
pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu
adalah buku2 terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk
ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
E. Suku Kata
1.
|
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
|
|
a.
|
Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
|
|
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
|
||
b.
|
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak
dipenggal.
|
|
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
|
||
c.
|
Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya
dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
|
|
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
|
||
d.
|
Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
|
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
|
||||||||||||||||
e.
|
Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau
lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||
2.
|
Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel
dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E,
Butir 2.)
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||
4.
|
Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri
atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya
(tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
|
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat
juga Bab II, Huruf D,
Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di
mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam
lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam
gedung.
Dia berjalan-jalan di luar
gedung.
Dia ikut terjun ke tengah
kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke
kantor.
Saya pergi ke sana kemari
mencarinya.
Ia datang dari Surabaya
kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia
berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di
dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1.
|
Partikel lah, kah, dan tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam
surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih
hati?
|
|
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun permasalahannya,
dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun
sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun
engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun
membaca di tempat itu.
|
|
Catatan:
Partikel pun pada gabungan
yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun
perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan
pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau
‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per
satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per
helai.
|
|
Pegawai negeri mendapat kenaikan
gaji per 1 Januari.
|
Catatan:
Partikel per dalam bilangan
pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I,
Butir 7.)
|
H. Singkatan dan Akronim
1.
|
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
a.
|
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
b.
|
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
c.
|
1)
|
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan
tanda titik.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
2)
|
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf
diakhiri dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||||||||||||||||
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan
untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
|
|||||||||||||||||
d.
|
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim
digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
e.
|
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
2.
|
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlakukan sebagai sebuah kata.
|
||||||||||||||||
a.
|
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar