MUHASABAH
DI AKHIR TAHUN
(oleh Sartono Jaya)
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ wur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qÝ¡nS ©!$# öNßg9|¡Sr'sù öNåk|¦àÿRr& 4 Í´¯»s9'ré& ãNèd cqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÒÈ
18. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
19. Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Di penghujung akhir tahun atau jelang tahun baru, yang ada di
benak sebagian besar kita adalah tiup terompet, pesta hiburan sembari menunggu
pesta kembang api pada detik-detik 00.00. Segala daya, energi, waktu, duit dikeluarkan demi
ritual akhir tahunan. Berapa banyak cost
yang dikeluarkan gak masalah. Yang penting happy.
Itulah kita, selalu berulang pada masalah yang sama. Tanpa
mau belajar. Setelah kita melakukan “pesta” ritual semalaman, apa yang kita
dapatkan? Apakah setelah kita mbakar
sekarung kembang api, terus esok hari hidup kita “padang njingglang”? Paling-paling
badan lemas karena kurang tidur. Duit habis sebab melek semalaman jelas nggak
gratis.
Lalu apa tidak dibolehkan kita melakukan itu? Wong hidup
hanya satu kali kok dibuat serius amat sih! Siapa bilang tidak boleh. Hidup itu
pilihan. Silakan pilih yang Anda sukai. Semua ada konsekuensinya. Saya dalam hal ini memang bersikap memilih
yang melawan arus. Bagi saya, justru karena hidup itu hanya sekali, kita harus
SERIUS. Kita harus membuat perhitungan, kalkulasi: untung – rugi.
Saya jadi ingat ketika saya ngaji tafsir Quran surat
Al-Hasry: 18 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasry(59):18).
Ayat di atas adalah ayat yang isinya perintah agar kita mau ‘introspeksi’,
muhasabah alias menghisab diri atas apa yang telah kita perbuat selama hidup di
dunia ini. Ini adalah hal yang sangat penting. Karena tanpanya, kita bisa
terlena dan lupa akan hakikat hidup yang sebenarnya. Apalagi dengan keadaan
dunia saat ini yang begitu materialistis, hedonistis. Kini kepuasan, kesenangan,
dan keberhasilan hidup hanya diukur dari kaca mata materialistis.
Sebagian besar kita memang sudah terhipnotis oleh sihir kapitalis yang
bersinergis dengan materialistis. Dunia kapitalis dan materialistis sungguh
jeli memanfatkan setiap moment agar semua orang berbondong-bondong antre untuk
membeli dan membeli. Sementara itu, dimensi rohaniah ditendang jauh-jauh supaya tidak
merecoki. Sebab, selama ini, dimensi rohaniah dipandang selalu berlawanan arus
dengan hedonisme.
Ah, memang kita ini maha pelupa bahwa waktu kita sangat terbatas. Kita
sering tidak sadar suatu waktu Gusti
Allah dapat memanggil kita, tanpa adanya pemberitahuan. Semua yang pergi pasti
akan kembali, yang terlahir ke dunia fana ini pasti bakal meninggalkannya
kembali, menuju asal. Ayo sekarang pilih mana? Pas konvoi sambut tahun baru
tiba-tiba mati atau ketika kita sedang istigfar merenungi kesalahan selama
setahun, kemudian malaikat “kulonuwun” mencabut nyawa yang Allah titipkan
kepada kita.
Coba renungkan nasihat Ali bin Abu Thalib berikut, ”Dunia itu selalu
bergerak menjauh dari kehidupan manusia sedangkan akhirat selalu bergerak
mendekatinya. Masing-masing dari keduanya mempunyai budak yang setia kepadanya.
Maka, jadilah kamu sekalian sebagai budak akhirat dan janganlah kamu sekalian
menjadi budak dunia. Sesungguhnya di dunia inilah tempat beramal dan tidak ada
penghisaban sedangkan di akhirat nanti adalah saat penghisaban dan bukan tempat
beramal.”
Untuk itulah, melalui ayat 18 surat Al-Hasry yang saya hadirkan di awal, Allah swt. mengingatkan kita untuk menghisab diri
kita sebelum datang penghisaban yang sebenarnya. Allah swt. nyuruh kita untuk
“ngetung-etung”, merefleksi hidup kita selama setahun. Berapa banyak ibadah yang
kita lakukan dan berapa maksiat yang kita kerjakan. Kemudian berbekal itu, kita
songsong esok hari menuju hari yang lebih cerah. Tentu saja dengan jihad yang
bersunguh-sungguh. Tidak dengan “leda-lede sak karepe dhewe”. Pada tahun 2016
ini mari kita berubah ke yang lebih baik. Nggarap tugas kita makin tepat waktu,
salat kita makin meningkat kualitas dan kuantitasnya, sedekah kita juga.
Sebaliknya, maksiat kita makin berkurang dan terus makin berkurang.
Terakhir, ada pesan menarik di akhir dan
awal tahun ini dari guru sejati Syaikul Imam Al- Ghazali, mengenai 14 Yang.
Yang menipu itu: dunia
Yang dekat itu: kematian
Yang besar itu: hawa
nafsu
Yang berat itu: amanah
Yang sulit itu: ikhlas
Yang mudah itu: berbuat
dosa
Yang lupa itu: bersyukur
Yang membakar amal itu: mengumpat
Yang mengantar ke neraka itu: lidah
Yang berharga itu: iman
Yang menenteramkan hati itu: teman sejati
Yang ditunggu Allah swt. itu: tobat
Wates, 31 Desember 2015