Rabu, 30 Desember 2015




MUHASABAH DI AKHIR TAHUN
(oleh Sartono Jaya)

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ Ÿwur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qÝ¡nS ©!$# öNßg9|¡Sr'sù öNåk|¦àÿRr& 4 šÍ´¯»s9'ré& ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÒÈ
18.  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
19.  Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.


Di penghujung akhir tahun atau jelang tahun baru, yang ada di benak sebagian besar kita adalah tiup terompet, pesta hiburan sembari menunggu pesta kembang api pada detik-detik 00.00. Segala  daya, energi, waktu, duit dikeluarkan demi ritual akhir tahunan. Berapa banyak cost yang dikeluarkan gak masalah. Yang penting happy.
Itulah kita, selalu berulang pada masalah yang sama. Tanpa mau belajar. Setelah kita melakukan “pesta” ritual semalaman, apa yang kita dapatkan? Apakah setelah kita  mbakar sekarung kembang api, terus esok hari hidup kita “padang njingglang”? Paling-paling badan lemas karena kurang tidur. Duit habis sebab melek semalaman jelas nggak gratis.
Lalu apa tidak dibolehkan kita melakukan itu? Wong hidup hanya satu kali kok dibuat serius amat sih! Siapa bilang tidak boleh. Hidup itu pilihan. Silakan pilih yang Anda sukai. Semua ada konsekuensinya.  Saya dalam hal ini memang bersikap memilih yang melawan arus. Bagi saya, justru karena hidup itu hanya sekali, kita harus SERIUS. Kita harus membuat perhitungan, kalkulasi: untung – rugi.
Saya jadi ingat ketika saya ngaji tafsir Quran surat Al-Hasry: 18 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasry(59):18).
Ayat di atas adalah ayat yang isinya perintah agar kita mau ‘introspeksi’, muhasabah alias menghisab diri atas apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia ini. Ini adalah hal yang sangat penting. Karena tanpanya, kita bisa terlena dan lupa akan hakikat hidup yang sebenarnya. Apalagi dengan keadaan dunia saat ini yang begitu materialistis, hedonistis. Kini kepuasan, kesenangan, dan keberhasilan hidup hanya diukur dari kaca mata materialistis.
Sebagian besar kita memang sudah terhipnotis oleh sihir kapitalis yang bersinergis dengan materialistis. Dunia kapitalis dan materialistis sungguh jeli memanfatkan setiap moment agar semua orang berbondong-bondong antre untuk membeli dan membeli. Sementara itu, dimensi  rohaniah ditendang jauh-jauh supaya tidak merecoki. Sebab, selama ini, dimensi rohaniah dipandang selalu berlawanan arus dengan hedonisme.
Ah, memang kita ini maha pelupa bahwa waktu kita sangat terbatas. Kita sering tidak sadar  suatu waktu Gusti Allah dapat memanggil kita, tanpa adanya pemberitahuan. Semua yang pergi pasti akan kembali, yang terlahir ke dunia fana ini pasti bakal meninggalkannya kembali, menuju asal. Ayo sekarang pilih mana? Pas konvoi sambut tahun baru tiba-tiba mati atau ketika kita sedang istigfar merenungi kesalahan selama setahun, kemudian malaikat “kulonuwun” mencabut nyawa yang Allah titipkan kepada kita.
Coba renungkan nasihat Ali bin Abu Thalib berikut, ”Dunia itu selalu bergerak menjauh dari kehidupan manusia sedangkan akhirat selalu bergerak mendekatinya. Masing-masing dari keduanya mempunyai budak yang setia kepadanya. Maka, jadilah kamu sekalian sebagai budak akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi budak dunia. Sesungguhnya di dunia inilah tempat beramal dan tidak ada penghisaban sedangkan di akhirat nanti adalah saat penghisaban dan bukan tempat beramal.”
Untuk itulah, melalui ayat 18 surat Al-Hasry yang saya hadirkan di awal,  Allah swt. mengingatkan kita untuk menghisab diri kita sebelum datang penghisaban yang sebenarnya. Allah swt. nyuruh kita untuk “ngetung-etung”, merefleksi hidup kita selama setahun. Berapa banyak ibadah yang kita lakukan dan berapa maksiat yang kita kerjakan. Kemudian berbekal itu, kita songsong esok hari menuju hari yang lebih cerah. Tentu saja dengan jihad yang bersunguh-sungguh. Tidak dengan “leda-lede sak karepe dhewe”. Pada tahun 2016 ini mari kita berubah ke yang lebih baik. Nggarap tugas kita makin tepat waktu, salat kita makin meningkat kualitas dan kuantitasnya, sedekah kita juga. Sebaliknya, maksiat kita makin berkurang dan terus makin berkurang.
Terakhir, ada pesan menarik di akhir dan awal tahun ini dari guru sejati Syaikul Imam Al- Ghazali, mengenai 14 Yang.
Yang singkat itu: waktu
Yang menipu itu: dunia
Yang dekat itu: kematian
Yang besar itu: hawa nafsu
Yang berat itu: amanah
Yang sulit itu: ikhlas
Yang mudah itu: berbuat dosa
Yang susah itu: sabar
Yang lupa itu: bersyukur
Yang membakar amal itu: mengumpat
Yang mengantar ke neraka itu: lidah
Yang berharga itu: iman
Yang menenteramkan hati itu: teman sejati
Yang ditunggu Allah swt. itu: tobat


Wates, 31 Desember 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISI-KISI US 2022

      Bijak Menyikapi Kisi-Kisi                                                             (oleh Sartono Jaya)           A lhamdulill...